*AAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,
yang telah memberikan nikmat kepada kita semua terutama nikmat iman dan islam,
sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepda nabi besar Muhammad saw,
kepada keluarganya, sohabatnya sampai kepada kita semua selaku umatmya.
Atas berkat rahmat allah yang maha kuasa
alhamdulilah penyusun dapat menyelesaikan tulisan ini yang berjudul MAHKOTA
PENGHIAS TUBUH walaupun belum sempurna tapi dapat di selesaikan dengan baik.
Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dengan
terselesaikannya tulisan inibaik secara moril maupun materil terhadap penulisan
atau penyusunan makalah ini dengan baik walaupun sangat sederhana sekali.
Penulis menyadari
masih banyak sekali kesalahan dan kekeliruan dalam bentuk penulisan dan
penyusunan tulisan ini, tetepi penulis berharap besar semoga tulisan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun.
PENGHIAS MAHKOTA TUBUH
Pelindung
kepala atau masyarakat biasa menyebut nya dengan TUDUNG (dudukuy), yang
biasa di gunakan oleh masyarakat yang notaben nya bercocok tanam atau tani.
Tudung atau pelindung kepala ini biasa nya di gunakan pada saat warga mengadakan panen atau sekedar untuk
pergi berladang. Tujuan nya untuk menjadi pengalang datang nya matahari lasung
pada kulit kepala agar tidak terasa terlalu panas bahkan pada saat hujan pun
turun tudung atau pelindung kepala ini bisa meminimalis datang nya air hujan yang datang ke
badan yang menggunakan nya karana ukuran nya berpareatip ada yang besar ada
juga yang kecil. Dengan menyurpai lingkaran bulat.
Pelindung
kepala ini merupakan unsur budaya yang
di turunkan dari zaman nenek moyang kita sampai dengan sekarang, pelindung
kepala ini pada dasar nya hampir di setiap warga masyarakat yang notaben nya
petani biasa menggunkan nya karana selain dari pada sebagai alat pelindung juga
biasa di jadikan alat sebagai nilai unsur keindahan.
Di seluruh Indonesia hampir
semua petani menggunakan nya akan tetapi berbeda-beda memaknaai akan arti dari
semua itu. Seperti hal nya yang di artikan oleh masyrakat Citorek yang kebanyakan masyarakat nya berpropesi sebagai
petani, masyarakat citerek menggunakan
tudung (dudukuy) atau pelindung kepala ini bukan saja berfungsi sebagai alat
untuk melindungi dari trik matahari dan hujan, namun masayarakat citorek memaknai tudung atau pelindung kepala (dudukuy) ini lebih kepada nilai sepiritual tentang penghargaan terhadap nyaisri (padi).
Tudung
atau pelindung kepala ini merupakan alat tahunan yang di produksi setiap satu
tahun sekali oleh orang citorek dan biasa nya tudung atau pelindung kepala ini
di produksi saat akan panen padi tiba, mengapa orang citorek memproduksi tudung
atau pelindung kepala hanya pada saat mendekati panen saja??????
Konon pada saat panen padi tu merupakan, pesta yang sangat di tunggu oleh
masyarakat yang notaben nya petani seperti di citorek. Jika kita melihat
pada kalimat, pesta maka lebih kepada unsur keindahan, maka dalam melaksanakan
panen padi itu tidak saja alat untuk
memanen padi saja yang harus baru akan tetapi pakain juga harus baru. Terlebih
lagi tudung atau pelindung kepala (dudukuy) ini merupakan pakain wajib yang di
gunakan oleh kaum perempuan dari mulai
remaja, ibu-ibu sampai lanjut usia yang masih bisa pergi ke sawaah.
Berdasarkan
uraian yang di samapaikan oleh pengguna Tudung.
Dia
mengatakan “Jika di nilai dari nilai seperitual tudung merupakan unsur atau
bagian yang wajib di gunakan pada saat memanen padi selain dari bagian epok
atau tolok dan etem serta sarung tangan. Epok atau tolok serta etem merupakan alat yang di gunakan pada saat
panen padi, maksud nya adalah sebagai wujud penghargaan terhadap nyaisri (padi).
Selain
nilai seperitual yang membedakan antara tudung, citorek dengan tudung yang ada di daerah lain, juga memiliki
unusur perbedaan yang sangat mencolok, mungkin secara kasat mata nampak tak ada
yang berbeda antara tudung citorek dengn tudung yang di produksi oleh
daerah lain, namun jika kita teliti dengn jelas perbedaan fisik nampak sekali
tudung yang di produksi oleh warga citorek cenderung lebih rapih,
tebal, gabar yang di hias dalam tudung lebih mencolok, dan yang paling penting
tudung yang di produksi citorek lebih kekar dan tebal. Perhatikan contoh gambar di bawah ini, antara tudung citorek dan tudung daerah lain
TUDUNG YANG DI PRODUKSI
DAERAH LAIN: (pasar)
Tampak
dari dalam:
Tampak
dari luar:
TUDUNG
ASLI CITOREK
Tampak
dari atas:
Tampak
dari dalam:
PROSES PEMBUATAN
Bambu
merupakan bahan dasar yang di gunakan untuk membuat dudukuy ataw tudung sebagai
pelindung kepala.
cara
membuat nya adalah sebagai berikut:
cara mengolah bambu
untuk pembuatan tudung (dudkuy) mempunyai cara tersediri yaitu :
Batang bambu yang diperlukan adalah yang masih muda, berdiameter besar dan beruas panjag.
Batang bambu yang diperlukan adalah yang masih muda, berdiameter besar dan beruas panjag.
Pohon di tebang dan di kerat-kerat sesuai ukuran ruasya.
Bagian luar da daging bambu dibuang sehingga tinggal dibagian dalam yag telah tipis.
Bagian yang tipis ini di panaskan dengan cara di jemur sehingga sebagian dalam bambu yang lain
licin menjadi paring dan terkelupas dengan sendirinya.
Kemudian bambu dibelah sehingga menjadi lembaran yag tipis. Lembaran yang tipis/paring itu dicuci dan dijemur degan panas matahari sampai kering agar menghasilka bentuk melengkung.
Setelah kering, paring tersebut dikerat-kerat sesuai dengan ukura tudung (dudukuy) yang diinginkan.
Paring disususun bertinding atau berlapis dan dijahit satu sama lainnya dengan menggunakan kolindang benang hingga terbentuk bulatan cekung.
Pada bagian dalam dilapis dengan daun sangai mengikuti bentuk dari susunan pahing yang sudah diikat dan di jahit.
Pada ujung sekeliling lingkaran diberi bingkai dari rotan yang sudah dikupas
kulitanya, dan terbentuklah sebuah tudung (dudukuy).
Proses seterusnya adalah membuat lukisan dasar ornamet dengan menggunkan alat tulis kalam atau saga, yaitu alat tulis yang terbuat dari lidi pohon bambu kecil yang tajam. Sedangkan bahan tinta adalah campuran dari getah jeruk dengan jelaga atau arang lampu teplok/pelita.
Selesai diwarnai, mka jadilah tudung saji yang diinginkan.
Proses seterusnya adalah membuat lukisan dasar ornamet dengan menggunkan alat tulis kalam atau saga, yaitu alat tulis yang terbuat dari lidi pohon bambu kecil yang tajam. Sedangkan bahan tinta adalah campuran dari getah jeruk dengan jelaga atau arang lampu teplok/pelita.
Selesai diwarnai, mka jadilah tudung saji yang diinginkan.
Dalam
perkembanganya, Kerajinan tudung ini sudah dijadikan barang cenderamata
dengan ukururan bervariasi, antara lain sebagai hiasan dinding dan lain
sebagainya.
1
PELESTARIAN
DAN MANFAAT NYA:
Namun bukan lah perbedan fisik yang kita tanamkan, baik tudung yang ada di daerah kesepuahan citorek atau daerah lain. merupakan sebuah tradisi lokal yang wajib kita lestarikan karna, bagi semua orang, melestarikan budaya merupakan
hal yang sangat wajib dilakukan sebagai insan suatu negeri yang memiliki banyak
budaya. Termasuk menggunakan tudung (dudukuy) anyaman bambu sebagai budaya yang
telah dilakukan oleh orang – orang pada zaman dahulu sewaktu pergi berladang
.
Oleh karena itu, hal tersebut sangat baik dilakukan oleh orang – orang pada
zaman sekarang agar budaya yang kita miliki tak luntur termakan zaman yang serba
praktis ini.
Budaya menggunakan tudung (dudukuy) sebagai pelindung kepala memang masih ada pada
beberapa daerah, namun penggunaannya tak sepopuler pada zaman dahulu kala
ketika barang – barang yang mempunyai konsep yang praktis belum masuk ke negeri
ini.
Dalam berpergian yang jarak nya tidak terlalu jauh , dahulu selalu
menggunakan tudung (dudukuy) yang terbuat dari bambu ini untuk melindungi kepla
dan badan dari trik panas nya matahari dan huajandan juga bisa memperjantik
diri pada setiap yang memakai nya . Oleh sebab itu pada zaman dahulu
seringkali di jumapi tempat yang
memproduksi tudung (dudukuy ) yang sangat
ramai dikunjungi pembeli namaun bebeda sekali dengan saat ini.
Kita Sebagai generasi muda, sudah seharusnya berpartisipasi
aktif pada pembangunan desa dan daerah kita
masing-masing, khususnya dalam bidang
budaya lokal. Partisipasi tersebut dapat dilakukan melalui para generasi muda yang
mempunyai kemauan, kemampuan, dan harapan yang besar untuk membangun suatu
daerah lebih baik lagi dan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk
bersama-sama meningkatkan potensi yang ada di suatu daerah.
Potensi yang
dimiliki setiap daerah di Indonesia sangatlah besar karena begitu banyak
budaya, kesenian, suku, ras, bahasa, agama, dan kepercayaan yang ada di
Indonesia. Hal tersebut tentu bukanlah menjadi penghambat untuk kita karena
begitu banyaknya perbedaan, namun sebaliknya perbedaan tersebut tentu akan
menjadi kekuatan dan kelebihan yang dimiliki Indonesia seperti pada semboyan
Bhineka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap sebagai
satu kesatuan
Pernahkah terlintas dibenak kita untuk
mengetahui hal-hal menarik yang ada di indonesia, kita ketahui indonesia adalah
negara yang kaya akan keaneka ragaman, termasuk didalamnya adalah kebudayaan,
baik itu budaya, bahasa ataupun kesenian-kesenian daerah yang sampai saat ini
masih terjaga kelestariannya.
mungkin sebagian kalian menginginkan untuk
mengetahui warisan-warisan budaya lokal Indonesia, namun hal utama yang harus
ditanamkan dalam diri adalah rasa kecintaan satu terhadap keberagaman yang ada
di Indonesia, dengan begitu kecintaan akan budaya lokal, seni atau apapun budaya lokal lain nya, yang
menyangkut tentang kebudayaan akan terwujudkan dengan baik.
Akhir-akhir ini saya sering melihat kehidupan anak-anak pada zaman sekarang yang sangat berbeda sekali dengan kehidupan masa kecil saya beberapa tahun silam. anak-anak zaman sekarang terkesan lebih modern, salah satu contohnya dengan adanya permainan game, online, ps. seperti apa yang saya lihat sehari-hari, kehidupan anak kecil sekarang jarang bermain hal-hal yang tradisional, mereka lebih tertarik untuk bermain game, internet dan lain-lainya.
Tidak ada permainan seperti gatrik, engkle atau sondah bakan
mereka yang notaben nya anak petani sudah tidak mau untuk menggunkan tudung (
dudukuy) sebagai pelindung kepala pada
saat hujan ketika mau berangkat ke sekolah. Berbeda sekali dengan zaman saya
dulu di kala kecil yang masih memanfaat kan hasil kerajinan dan plestarian
budaya kita.
Siapakah yang harus beperan dalam mewujudkan semua itu ?, untuk kembali
di dilestarikan budaya lokal dan dicintai oleh anak-anak sebagai penerus bangsa. Ingin rasanya kita mengembalikan
identitas semua itu, akan tetapi hal itu tidak bisa dilakukan dengan semudah
membuka telapak tangan. semua itu harus melalui proses, meskipun begitu kita semua harus tetap berusaha untuk melestarikan kebudayaan-kebudayaan lokal, semua itu nyata dan bisa di lestarikan oleh regenerasi selanjut nya...........
Sumber:
Arjati ( 43 tahun ). pembuat Tudung Citorek.
Suti ( 32 Tahun ). pengumpul bahan tudung.
Hatur nuhun kasadayana
mugi-mugi sing aya mangfaat na.
AMIIIEEEN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar