Rabu, 09 April 2014

SEJARAH LOKAL TUDUNG CITOREK


*AAN


KATA PENGANTAR


                  Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat kepada kita semua terutama nikmat iman dan islam, sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepda nabi besar Muhammad saw, kepada keluarganya, sohabatnya sampai kepada kita semua selaku umatmya. 


Atas berkat rahmat allah yang maha kuasa alhamdulilah penyusun dapat menyelesaikan tulisan ini yang berjudul MAHKOTA PENGHIAS TUBUH walaupun belum sempurna tapi dapat di selesaikan dengan baik.

      Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dengan terselesaikannya tulisan inibaik secara moril maupun materil terhadap penulisan atau penyusunan makalah ini dengan baik walaupun sangat sederhana sekali.

      Penulis menyadari masih banyak sekali kesalahan dan kekeliruan dalam bentuk penulisan dan penyusunan tulisan ini, tetepi penulis berharap besar semoga tulisan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.





                   PENGHIAS MAHKOTA TUBUH
   
Pelindung kepala atau masyarakat biasa menyebut nya dengan TUDUNG (dudukuy), yang biasa di gunakan oleh masyarakat yang notaben nya bercocok tanam atau tani. Tudung atau pelindung kepala ini biasa nya di gunakan pada saat  warga mengadakan panen atau sekedar untuk pergi berladang. Tujuan nya untuk menjadi pengalang datang nya matahari lasung pada kulit kepala agar tidak terasa terlalu panas bahkan pada saat hujan pun turun tudung atau pelindung kepala ini bisa meminimalis datang nya air hujan yang datang ke badan yang menggunakan nya karana ukuran nya berpareatip ada yang besar ada juga yang kecil. Dengan menyurpai lingkaran bulat.

Pelindung kepala ini  merupakan unsur budaya yang di turunkan dari zaman nenek moyang kita sampai dengan sekarang, pelindung kepala ini pada dasar nya hampir di setiap warga masyarakat yang notaben nya petani biasa menggunkan nya karana selain dari pada sebagai alat pelindung juga biasa di jadikan alat sebagai nilai unsur keindahan. 

Di seluruh Indonesia hampir semua petani menggunakan nya akan tetapi berbeda-beda memaknaai akan arti dari semua itu. Seperti hal nya yang di artikan oleh masyrakat Citorek yang  kebanyakan masyarakat nya berpropesi sebagai petani,  masyarakat citerek menggunakan tudung (dudukuy) atau pelindung kepala ini bukan saja berfungsi sebagai alat untuk melindungi dari trik matahari dan hujan, namun masayarakat citorek memaknai tudung atau pelindung kepala (dudukuy) ini lebih kepada  nilai sepiritual tentang penghargaan terhadap nyaisri (padi).

Tudung atau pelindung kepala ini merupakan alat tahunan yang di produksi setiap satu tahun sekali oleh orang citorek dan biasa nya tudung atau pelindung kepala ini di produksi saat akan panen padi tiba, mengapa orang citorek memproduksi tudung atau pelindung kepala hanya pada saat mendekati panen saja??????

Konon pada saat panen padi tu merupakan, pesta yang sangat di tunggu oleh masyarakat yang notaben nya petani seperti di citorek. Jika kita melihat pada  kalimat, pesta maka lebih kepada unsur keindahan, maka dalam melaksanakan panen padi itu  tidak saja alat untuk memanen padi saja yang harus baru akan tetapi pakain juga harus baru. Terlebih lagi tudung atau pelindung kepala (dudukuy) ini merupakan pakain wajib yang di gunakan  oleh kaum perempuan dari mulai remaja, ibu-ibu sampai lanjut usia yang masih bisa pergi ke sawaah. 

Berdasarkan uraian yang di samapaikan oleh pengguna Tudung.
Dia mengatakan “Jika di nilai dari nilai seperitual tudung merupakan unsur atau bagian yang wajib di gunakan pada saat memanen padi selain dari bagian epok atau tolok dan etem serta sarung tangan. Epok atau tolok serta  etem merupakan alat yang di gunakan pada saat panen padi, maksud nya adalah sebagai wujud penghargaan terhadap nyaisri (padi).

Selain nilai seperitual yang membedakan antara tudung, citorek dengan tudung yang ada  di daerah lain,  juga memiliki unusur perbedaan yang sangat mencolok, mungkin secara kasat mata nampak tak ada yang berbeda antara tudung citorek dengn tudung  yang di produksi oleh daerah lain, namun jika kita teliti dengn jelas perbedaan fisik nampak sekali tudung yang di produksi oleh warga citorek cenderung lebih rapih, tebal, gabar yang di hias dalam tudung lebih mencolok, dan yang paling penting tudung yang di produksi citorek lebih kekar dan tebal.  Perhatikan contoh gambar di bawah ini,  antara tudung citorek dan tudung daerah lain
TUDUNG YANG DI PRODUKSI DAERAH LAIN: (pasar)
 Tampak dari dalam: 





Tampak dari luar:




TUDUNG ASLI CITOREK
Tampak dari atas:





Tampak dari dalam:

PROSES PEMBUATAN

Bambu merupakan bahan dasar yang di gunakan untuk membuat dudukuy ataw tudung sebagai pelindung kepala.

cara membuat nya adalah sebagai berikut:

cara mengolah bambu untuk pembuatan tudung (dudkuy) mempunyai cara tersediri yaitu :
Batang bambu yang diperlukan adalah yang masih muda, berdiameter besar dan beruas panjag.

Pohon di tebang dan di kerat-kerat sesuai ukuran ruasya.
Bagian luar da daging bambu dibuang sehingga tinggal dibagian dalam yag telah tipis.

Bagian yang tipis ini di panaskan dengan cara di jemur sehingga sebagian dalam bambu yang lain 

licin menjadi paring dan terkelupas dengan sendirinya.

Kemudian bambu dibelah sehingga menjadi lembaran yag tipis. Lembaran yang tipis/paring itu dicuci dan dijemur degan panas matahari sampai kering agar menghasilka bentuk melengkung.

Setelah kering, paring tersebut dikerat-kerat sesuai dengan ukura tudung  (dudukuy) yang diinginkan.

 Paring disususun bertinding atau berlapis dan dijahit satu sama lainnya dengan menggunakan kolindang benang hingga terbentuk bulatan cekung.

 Pada bagian dalam dilapis dengan daun sangai mengikuti bentuk dari susunan pahing yang sudah diikat dan di jahit.
 Pada ujung sekeliling lingkaran diberi bingkai dari rotan yang sudah dikupas kulitanya, dan terbentuklah sebuah tudung (dudukuy).

Proses seterusnya adalah membuat lukisan dasar ornamet dengan menggunkan alat tulis kalam atau saga, yaitu alat tulis yang terbuat dari lidi pohon bambu kecil yang tajam. Sedangkan bahan tinta adalah campuran dari getah jeruk dengan jelaga atau arang lampu teplok/pelita.
 Selesai diwarnai, mka jadilah tudung saji yang diinginkan.

Dalam perkembanganya, Kerajinan tudung ini sudah dijadikan barang cenderamata dengan ukururan bervariasi, antara lain sebagai hiasan dinding dan lain sebagainya.
1

PELESTARIAN DAN MANFAAT NYA:
 

Namun bukan lah perbedan fisik yang kita tanamkan,  baik tudung yang ada di daerah kesepuahan citorek atau daerah lain. merupakan sebuah tradisi lokal yang wajib kita lestarikan karna, bagi  semua orang, melestarikan budaya merupakan hal yang sangat wajib dilakukan sebagai insan suatu negeri yang memiliki banyak budaya. Termasuk menggunakan tudung (dudukuy) anyaman bambu sebagai budaya yang telah dilakukan oleh orang – orang pada zaman dahulu sewaktu pergi berladang .

Oleh karena itu, hal tersebut sangat baik dilakukan oleh orang – orang pada zaman sekarang agar budaya yang kita miliki tak luntur termakan zaman yang serba praktis ini. 

Budaya menggunakan tudung (dudukuy) sebagai  pelindung kepala memang masih ada pada beberapa daerah, namun penggunaannya tak sepopuler pada zaman dahulu kala ketika barang – barang yang mempunyai konsep yang praktis belum masuk ke negeri ini. 

Dalam berpergian yang jarak nya tidak terlalu jauh , dahulu selalu menggunakan tudung (dudukuy) yang terbuat dari bambu ini untuk melindungi kepla dan badan dari trik panas nya matahari dan huajandan juga bisa memperjantik diri pada setiap yang memakai nya . Oleh sebab itu pada zaman dahulu seringkali  di jumapi tempat yang memproduksi tudung (dudukuy )  yang sangat ramai dikunjungi pembeli namaun bebeda sekali dengan saat ini.

Kita Sebagai generasi muda, sudah seharusnya berpartisipasi aktif pada pembangunan desa dan daerah kita masing-masing, khususnya dalam bidang budaya lokal. Partisipasi tersebut dapat dilakukan melalui para generasi muda yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan harapan yang besar untuk membangun suatu daerah lebih baik lagi dan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk bersama-sama meningkatkan potensi yang ada di suatu daerah.

Potensi yang dimiliki setiap daerah di Indonesia sangatlah besar karena begitu banyak budaya, kesenian, suku, ras, bahasa, agama, dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Hal tersebut tentu bukanlah menjadi penghambat untuk kita karena begitu banyaknya perbedaan, namun sebaliknya perbedaan tersebut tentu akan menjadi kekuatan dan kelebihan yang dimiliki Indonesia seperti pada semboyan Bhineka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap sebagai satu kesatuan
Pernahkah terlintas dibenak kita untuk mengetahui hal-hal menarik yang ada di indonesia, kita ketahui indonesia adalah negara yang kaya akan keaneka ragaman, termasuk didalamnya adalah kebudayaan, baik itu budaya, bahasa ataupun kesenian-kesenian daerah yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya. 

mungkin sebagian kalian menginginkan untuk mengetahui warisan-warisan budaya lokal Indonesia, namun hal utama yang harus ditanamkan dalam diri adalah rasa kecintaan satu terhadap keberagaman yang ada di Indonesia, dengan begitu kecintaan akan budaya lokal, seni atau apapun budaya lokal lain nya, yang menyangkut tentang kebudayaan akan terwujudkan dengan baik.

Akhir-akhir ini saya sering melihat kehidupan anak-anak pada zaman sekarang yang sangat berbeda sekali dengan kehidupan masa kecil saya beberapa tahun silam. anak-anak zaman sekarang terkesan lebih modern, salah satu contohnya dengan adanya permainan game, online, ps. seperti apa yang saya lihat sehari-hari, kehidupan anak kecil sekarang jarang bermain hal-hal yang tradisional, mereka lebih tertarik untuk bermain game, internet dan lain-lainya.

 Tidak ada permainan seperti gatrik, engkle atau sondah bakan mereka yang notaben nya anak petani sudah tidak mau untuk menggunkan tudung ( dudukuy)  sebagai pelindung kepala pada saat hujan ketika mau berangkat ke sekolah.  Berbeda sekali dengan zaman saya dulu di kala kecil yang masih memanfaat kan hasil kerajinan dan plestarian budaya kita. 

Siapakah yang harus beperan dalam mewujudkan semua itu ?, untuk kembali di dilestarikan budaya lokal dan dicintai oleh anak-anak sebagai penerus bangsa. Ingin rasanya kita mengembalikan identitas semua itu, akan tetapi hal itu tidak bisa dilakukan dengan semudah membuka telapak tangan. semua itu harus melalui proses, meskipun begitu kita semua harus tetap berusaha untuk melestarikan kebudayaan-kebudayaan lokal, semua itu nyata dan bisa di lestarikan oleh regenerasi selanjut nya...........


 Sumber: 
Arjati ( 43 tahun ). pembuat Tudung Citorek.
Suti ( 32 Tahun ). pengumpul bahan tudung.



 Hatur nuhun kasadayana 
mugi-mugi sing aya mangfaat na.

AMIIIEEEN




Tidak ada komentar:

Posting Komentar