*Aan*
Rumah[1]
merupakan tempat tinggal manusia dengan kurun waktu yang sangat lama bahkan sampai
akhir hayatnya. Model arsitektur rumah seiring
perkembangan masa mengalami perubahan dari waktu ke waktu seperti halnya rumah
di desa adat Citorek. pada masa dahulu desa adat Citorek belum mengenal rumah permanen yang ada hanyalah rumah
panggung. Namun, sekarang sudah banyak yang berubah menjadi rumah permanen.
Proses pembuatan rumah panggung di Desa Adat Citorekmenerapakan sistem gotong
royong.
Sistem
gotong royong pembuatan rumah panggung di Desa Adat Citorek memiliki nilai
sosial yang tinggi terutama kekeluargaan dan kebersamaan yang sangat erat. Sedangkan,
gotong royong memiliki makna bahwa suatu kegiatan yang di lakukan secara
bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang di kerjakan dapat
berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Dalamproses pembuatan rumah panggung menurut masyakarakat desa adat citorek lebih
mudah, praktis, dan efisien karana di tunajang oleh tenaga propesional yang di
kenal dengan sebutan tukang bas.Selain
itu masyarakat bahu membahu gotong royong dalam prosespembuatan rumah panggung tersebut. Dalam pembuatan atap
yang biasanya terbuat dari daun kiray dilakukan juga dengan gotong royong. Proses
menganyam atau pembuatan atap biasanya disebut oleh masyarakat Desa Adat Citorek
yaitu nutus[2].
Dalam
pembuatan rumah panggung biasanya mereka memerlukan satu tukang bas sebagai koordinator dan teknisi beserta seluruhmasyarakat
yang berada di sekitar rumah warga yang sedang membangun rumah panggung tersebut.
Sedangkan, dalam proses pembuatan rumah permanen masyarakat juga ikut serta membantu
akan tetapi tidak sebanyak dalam proses pembuatan rumah panggung. Rumah permanen
biasa menggunakan atap berupa genting. Hanya sedikit orang yang dapat membatu
dalam proses pemasangan genteng yaitu tukang dan beberapa saudaranya saja yang
membantu.
Proses
pembuatanrumah panggung relatif tidak memakan waktu lama serta memiliki nilai
sosial yang tinggi, bahkan lebih ramah lingkunganmeskipun tidak dapat bertahan
lama tetapi pemeliharannya dianggap lebih mudah. Dan jika dibandingkan dengan
rumah permanen yang menggunakan beton, besi, dan kaca maka terasa lebih panas. Kondisi
sekarang rumah-rumah di Desa Adat Citorek mulai banyak yang berubah bangunan
permanen.Namun masih banyak juga warga
yang masih memepertahankan untuk tetap menggunakan rumah panggung. Seperti
halnya nenek saya yang tidak mau merubah rumahnya dari rumah panggung menjadi
permanen. Menurut masyarakat,rumah panggung di nilai lebih nyaman karena
lantainya tidak dingin. Rumah panggung biasanya hanya terbuat dari bambu atau
pun papan kayu.
Pembuatan
rumah panggung memberikan makna nilai kekeluargaan dan kebersamaan yang di masa
kini luntur tergerus budaya barat seperti individualistik, materialistik, dan
budaya konsumen.
Sumber:
Alhadi (52 tahun). Kokolot Desa Adat Citorek.
Uceng (64 tahun).
Pembantu kokolot Desa Adat Citorek.
Hatur nuhun kasadayana
warga Desa Adat Citorek anu
atos mere pepeling dina
nilai gotong royong. . .
* Mahasiswa
program studi pendidikan sejarah. STKIP Setia Budhi Rangkasbitung. NIM.
4322311030001. Mata Kuliah Sejarah Lokal.
[1] Rumah
adalah tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul, dan membina rasa kekeluargaan
di anatara anggota keluarga, menyimpan barang berharga dan ramuh juga sebagai
lambang status sosial (Azwar, 1996: mukono 2000),
[2]Nutus merupakan proses pembuatan atap yang terbuat dari bahan bambu dan
daun kiray yang di anyam, kemudian biasa
nya di jemur untuk bisa bertahan cukup lama...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar