Rabu, 09 April 2014

BUDAYA GOTONG ROYONG PEMBUATAN RUMAH PANGGUNG DI DESA ADAT CITOREK




*Aan*



Rumah[1] merupakan tempat tinggal manusia dengan kurun waktu yang sangat lama bahkan sampai akhir hayatnya. Model arsitektur rumah seiring perkembangan masa mengalami perubahan dari waktu ke waktu seperti halnya rumah di desa adat Citorek. pada masa dahulu desa adat Citorek belum  mengenal rumah permanen yang ada hanyalah rumah panggung. Namun, sekarang sudah banyak yang berubah menjadi rumah permanen. Proses pembuatan rumah panggung di Desa Adat Citorekmenerapakan sistem gotong royong.

Sistem gotong royong pembuatan rumah panggung di Desa Adat Citorek memiliki nilai sosial yang tinggi terutama kekeluargaan dan kebersamaan yang sangat erat. Sedangkan, gotong royong memiliki makna bahwa suatu kegiatan yang di lakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang di kerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Dalamproses pembuatan rumah panggung  menurut masyakarakat desa adat citorek lebih mudah, praktis, dan efisien karana di tunajang oleh tenaga propesional yang di kenal dengan sebutan tukang bas.Selain itu masyarakat bahu membahu gotong royong dalam prosespembuatan  rumah panggung tersebut. Dalam pembuatan atap yang biasanya terbuat dari daun kiray dilakukan juga dengan gotong royong. Proses menganyam atau pembuatan atap biasanya disebut oleh masyarakat Desa Adat Citorek yaitu nutus[2].

Dalam pembuatan rumah panggung biasanya mereka memerlukan satu tukang bas sebagai koordinator dan teknisi beserta seluruhmasyarakat yang berada di sekitar rumah warga yang sedang membangun rumah panggung tersebut. Sedangkan, dalam proses pembuatan rumah permanen masyarakat juga ikut serta membantu akan tetapi tidak sebanyak dalam proses pembuatan rumah panggung. Rumah permanen biasa menggunakan atap berupa genting. Hanya sedikit orang yang dapat membatu dalam proses pemasangan genteng yaitu tukang dan beberapa saudaranya saja yang membantu.

Proses pembuatanrumah panggung relatif tidak memakan waktu lama serta memiliki nilai sosial yang tinggi, bahkan lebih ramah lingkunganmeskipun tidak dapat bertahan lama tetapi pemeliharannya dianggap lebih mudah. Dan jika dibandingkan dengan rumah permanen yang menggunakan beton, besi, dan kaca maka terasa lebih panas. Kondisi sekarang rumah-rumah di Desa Adat Citorek mulai banyak yang berubah bangunan permanen.Namun  masih banyak juga warga yang masih memepertahankan untuk tetap menggunakan rumah panggung. Seperti halnya nenek saya yang tidak mau merubah rumahnya dari rumah panggung menjadi permanen. Menurut masyarakat,rumah panggung di nilai lebih nyaman karena lantainya tidak dingin. Rumah panggung biasanya hanya terbuat dari bambu atau pun papan  kayu.
Pembuatan rumah panggung memberikan makna nilai kekeluargaan dan kebersamaan yang di masa kini luntur tergerus budaya barat seperti individualistik, materialistik, dan budaya konsumen.



Sumber:
Alhadi (52 tahun). Kokolot Desa Adat Citorek.
Uceng (64 tahun). Pembantu kokolot Desa Adat Citorek.



Hatur nuhun kasadayana
warga Desa Adat Citorek anu atos mere pepeling dina
nilai gotong royong. . .


* Mahasiswa program studi pendidikan sejarah. STKIP Setia Budhi Rangkasbitung. NIM. 4322311030001. Mata Kuliah Sejarah Lokal.
[1] Rumah adalah tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul, dan membina rasa kekeluargaan di anatara anggota keluarga, menyimpan barang berharga dan ramuh juga sebagai lambang status sosial (Azwar, 1996: mukono 2000),
[2]Nutus merupakan proses pembuatan atap yang terbuat dari bahan bambu dan daun kiray yang di anyam, kemudian  biasa nya di jemur untuk bisa bertahan cukup lama...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar