Definisi
masyarakat Adat kesepuhan
Keragaman budaya
dan tradisi merupakan khazanah yang tidak ternilai sehingga telah mengantarkan
bangsa ini kepada kekayaan nilai-nilai budaya. Suku Sunda (khususnya di Banten,
Lebak Selatan) memiliki tradisi yang turun temurun dan masih tetap dipertahankan
hingga sekarang dalam lingkup wewengkon adat Citorek. Wewengkon merupkan suatu
komunitas masyarakat yang mendiami suatu tempat yang terikat dalam suatu aturan
yang dinamkan dengan masyarakat Adat kesepuhan. Masyarakat adat kesepuhan adalah kelompok masyarakat yang
memiliki kejelasan hak asal-usul leluhur secara turun temurun, menetap di
wilayah geografis tertentu dan memiliki ideologi sosial, politik, hukum, budaya
serta berdaulat atas tanah dan sumber daya alam lainnya. Adat
Kesepuhan merupakan satu kesatauan sosial, histori, ekonomi dan budaya.
(Kusnaka Adimihardja. 1992: 14). Adat yang sudah melembaga dan berlaku turun
temurun yang kemudian disebut tradisi. Bahakan menurut organisasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menegaskan bahwa
yang di namakan adat adalah komunitas-komunitas
yang hidup berdasarkan asal-usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu
wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan
sosial budaya yang diatur oleh hukum adat, dan lembaga adat yang mengelola
keberlangsungan kehidupan masyarakatnya. Warga masyarakat
yang melanggar adat atau tradisi, pada umumnya akan dikenakan sanksi. Sanksi
tersebut misalnya berupa pengucilan atau pengusiran dari lingkungan masyarakat
di mana adat istiadat tersebut berlaku. Meskipun sanksi tersebut tidak tertulis
namun berfungsi efektif. Hal ini disebabkan karena adat-istiadat dihormati oleh
warga masyarakat.
Tradisi Adat Adalah kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun yang
berlaku di suatu daerah. Dengan demikian, setiap daerah memiliki upacara adat
sendiri-sendiri, seperti upacara perkawinan, upacara camas pusaka dan
sebagainya.
Adapun beberapa tradisi yang ada di wewngkon adat
Citorek. Dianataranya:
Neres
Neres adalah ritual yang
dilakukan untuk menghilangkan penyakit masyarakat atau dilakukan jika daerah
tersebut mengalami kejadian-kejadian yang merugikan, seperti menyebarnya wabah
penyakit, paceklik, setiap menanam padi atau pepohonan yang hasilnya tidak
bagus. Ritual ini dilakukan tidak setiap tahun tetapi sesuai dengan kejadian
yang dialami.
Sedekah Bumi
Sedekah bumi adalah
selamatan/ruatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara menyembelih kerbau.
Tujuannya agar tanah leluhurnya selalu mendapat keberkahan, selalu subur, aman
dan tentram. Sedekah Bumi dilakukan 3 tahun sekali.Caranya : kerbau disembelih
, kepalanya di kubur dan dagingnya dibagikan ke masyarakat, setelah sebelumnya
diadakan syukuran/selametan. Sekarang tidak pernah dilakukan lagi, terlakhir
dilakukan pada waktu Jaro Nurkib kurang lebih 50 tahun yang lalu.
Memotong Kerbau
Motong kerbau dilakukan pagi hari
dilakukan oleh para sesepuh/kokolot setelah itu daging tersebut yang disebut
daging jiwaan dibagikan kepada seluruh masyarakat Citorek / kepada tiap
keluarga (susuhunan), semua masyarakat harus dapat bagian walaupun sedikit.
Daging Kerbau tersebut dibeli dari iuran masyarakat.
Sedangkan yang masih di lakukan
sampai sekarang adalah
Gegenek / Bendrong
lisung
Gegenek adalah saat numbuk padi
dan dilakukan oleh ibu-ibu sebanyak kurang lebih sepuluh orang, sambil
nyanyi-nyanyi/lalaguan dan diiringi oleh goong gede. Sebelum padi ditumbuk
harus nganyaran/dianyaran maksudnya jika padi sudah dipanen maka harus di jemur
lalu di tumbuk, tetapi sebelumnya harus mengadakan syukuran/salametan
Nganjang/babawaan
Nganjang yaitu satu hari sebelum
perayaan seren tahun (sebelum hari H) harus membawa/masrahkeun sisa hasil bumi
kepada kasepuhan yang disebut ngajiwa dan biasanya di tempat Olot Didi. Hasil
buminya biasanya apa saja yang mereka punya misal : padi, pisang, ternak dll.
Dengan diiringi Goong Gedek sambil iring-iringan
Hiburan/raramean
Hiburan dilakukan pada malam hari sebelum perayaan seren taun, biasanya
hiburan topeng, koromong, Angklung, dangdutan dll.
Ziarah/ Ngembangan
Ziarah ketanah leluhur atau ke karuhun.Rasul serah
tahun / syukuran / selametan Syukuran dilakukan di Citorek Timur di tempat Oyok Didi, biasanya para
kasepuhan/kokolot, jaro, panghulu berkumpul sambil makan-makan dan musyawarah.
Hajatan/Sunatan
Kebiasaan masyarakat Citorek jika akan mengadakan perayaan sunatan selalu
dilakukan sekalian pada saat seren taun, dilakukan setelah selametan/syukuran.
Kariyaan/mulangkeun ka
kolotPenutup acara sambil menabuh Goong gede, mereka menyebut acara asup
leuweung menta kahirupan maksudnya mulai ke kehidupan rutinitas, masyarakat
mulai kerja seperti biasa ada yang pergi kerja ke kota atau ke sawah.
Mipit
Mipit
adalah upacara ritual yang di
laksanakan di waktu akan panen
tiba (ngambil padi). Mipit merupakan serangakaian upacara ritual adat
yang di lakukan untuk meminta doa terhadap sang kholik demi keberkahan panen
padi yang akan di laksanakan pada tahun itu.
Goong gede (goong besar).
Goong gede merupakan sebuah kesenian
yang di mainkan oleh orang-orang yang
sudah tidak muda lagi atau lanjut usia dan biasanya mereka merupakan bagaian
dari pengurus adat (baris kolot) yang mempunyai hubungan khusus di dalam adat
istiadat. Goong gede (goong besar)
terdiri dari gendang, rebab, goong,
gamelan dan lain-lain, serta di maiankan pada saat ada upacara perayaan
adat istiadat. Menurut sarip (40 tahun). berita dari tokoh adat masyarakat
setempat gamelan ini dianggap keramat, karena sudah ada dua peristiwa besar
yaitu terjadinya kebakaran di Kampung Guradog,desa citorek timur dan hampir
memusnahkan gamelan ini selalu tidak dapat terlaksana, konon apabila sudah tiba
waktunya untuk ditabuh namun Goong Gede tidak ditabuh maka gamelan tersebut
akan berbunyi sendiri. Selain itu dipercaya pula bahwa Goong Gede bisa
mengobati orang yang sakit. Dalam praktik hidup kontekstual kita sekarang ini,
campur aduk nilai budaya mitis, ontologisme, dan fungsional masih terjadi. Kita belum sepenuhnya modern secara ontologis
di segala sektor budaya. Sehubungan dengan masalah mitis, ontologisme, dan
fungsional, Jakob Sumardjo berpendapat, bahwa “karya seni budaya lama masih
tetap hidup dalam fungsi asalnya yakni mitis, meskipun kini bentuk seninya sudah berubah sesuai dengan perubahan
masyarakat.” (2000:332).
Kesenian Goong Gede
yang berada di Kampung Guradog Desa Citorek timur saat ini merupakan anggota masyarakat yang
menganut agama Islam, namun pada pelaksanaannya mereka masih melakukan berbagai
peristiwa sinkretisme. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ke 4
dijelaskan bahwa “sinkretisme merupakan (paham) yang merupakan perpaduan dari
beberapa paham (aliran) yang berbeda
untuk mencari keserasian, keseimbangan.” (2008:1314). Kegiatan sinkretisme ini
dapat dilihat dari cara mereka memperlakukan Goong Gede sebelum dimainkan, yaitu
dengan berdoa dan memandikan instrumen Goong Gede.
Ngarengkong atau
Ngunyal
Ngarengkong adalah tradisi lokal yang di miliki oleh warga
kesepuahan adat Citorek . Dengan cara mengangkut padi dari sawah tangtu atau
sawah kokolot dengan menggunakan bambu yang berbunyi. Namun tradisi ini kira nya
kian banyak berubah karna minim nya pemahaman terhadap kaum muda seperti
siswa/i sebagai kaum terpelajar yang akan mempertahankan akan budaya lokal di
wewngkon kesepuhan Citorek
a.
Pendidikan di Wewengkon Kesepuahan Citorek
Pendidikan
adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, karena pendidikan dapat menunjang segala bentuk keberhasilan
bukan hanya duniawi saja melainkan untuk kehidupan yang lebih kekal nanti.
Pendidikan juga bagian dari kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Bahkan
suatu bangsa akan di sebut bangsa yg maju apabila bangsa tersebut maju dalam
salah satu sektor yang sangat penting yaitu dalam pendidikannya, begitu juga
suatu bangsa akan tenggelam apabila rusak pendidikannya.
Menurut UU No. 20 Thn. 2003, Sisdiknas, BAB I.
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Sedangkan “Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”.
Dalam hal ini peranan pendidikan
amat penting sebagai Pengembangan sejarah lokal, terutma bagi regenerasi yang
berada di wewengkon adat Citorek . Dengan melalui berbagai strategi untuk
memperkenalkan akan kebudayan lokal yaitu melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau pelatiahan. Secara sederhana bimbingan (guidance) di
artiakan sebagai bantuan, arahan, nasehat serta penyuluhan agar peserta didik dapat mengatasi dan memecahkan
masalah yang di alaminya. Sedangkan pengajaran (teaching) adalah bentuk
interaksi antara tenaga kependidkan dengan peserta didik dalam suatu kegiatan
belajar-mengajar untuk membangun prilaku sesuai dengan tujuan pengajaran.
Sasaran pendidikan adalah berpijak ke masa kini dan beroreientasi ke masa
depan. Dan hasil yang ingin di capai oleh proses pendidikan adalah terbinanya
sumber manusia sesuai dengan tuntutan pembanganan agar bisa tetap
mempertahankan jati diri nya sendiri serta memertahankan budaya lokal. Siswa/i
smp 3 Cibeber kabupaten lebak sebagai
penerus tradisi lokal di kesepuhan adat Citorek , harus memiliki pengetahauan
yang luas terhadap sejarah lokal, agar sejarah lokal bisa trus lestari.
Berkumpulnya berbagai etnik di pendidikan dapat diberdayakan untuk
pengembangan budaya lokal. Pemberian fasilitas kepada mereka untuk melestarikan
budaya masing-masing akan menyemarakkan Citorek sebagai kesepuhan adat yang kaya akan budaya
lokal. Pelestarian dan pengembangan budaya dapat dilakukan melalui berbagai
lembaga, salah satunya adalah lembaga pendidikan. Sekolah-sekolah dapat memberikan
kontribusinya melalui penataan
kurikulum, terutama muatan lokal yang memungkinkan pelestarian dan pengembangan
budaya daerah. Pendidikan dasar dapat memberikan landasan tentang nilai-nilai keraifan
lokal wewengkon Citorek melalui budaya daerah, misalnya memberikan materi
tentang cara memainkan goong gede. Serta di perkenalkannya siswa/i terhadap
upcara mipit dan ngarengkong, yang merupakan asli tradisi yang di miliki warga
kesepuahan, yaitu di Citorek .
Seperti halnya kepada siswa/i SMP 3 Cibeber yang sudah memiliki apresiasi yang cukup
tinggi terhadap tradisi lokal kesepuahan Citorek yang sudah di
diperkenalkan alat musik serta
budaya dari daerah lain. Alat musik yang di perkenalkan seperti calung, dan
budaya berpakian, Selanjutnya, seiring dengan meningkatnya apresiasi budaya di
kalangan para siswa, mereka dapat diperkenalkan tradisi mipit yang biasa di
lakukan pada saat akan panen tiba, serta di perkenalakan pula tradisi
ngarengkong , dan tradisi-tradisi lain nya. Agar budaya lokal tetap terjaga.
karena dengan demikian, lembaga pendidikan telah memberikan kontribusi yang
nyata dalam pelestarian dan pengembangan budaya.
Problem yang
paling pelik adalah para siswa/i SMP
Negeri 3 Cibeber , dalam ruang lingkup kelas 7-C, belum memahami akan arti penting
dari sebuah tradisi lokal tersebut terutama goong gede, mipit, serta
ngarengkon, sebab mereka banyak terpengaruhi oleh budaya- budaya luar, yang
datang ke kesepuahan Citorek. Modernisasi yang terjadi di wewengkon kesepuhan
Citorek cenderung berjalan lebih cepat. Hal tersebut didukung adanya
perlintasan cipanas bayah yang di bangun tahun 2000, sehingga mendukung adanya
interaksi sosial serta masuknya
tecknologi seperti listrik, dan alat komunikasi yang berkemabang, yang
mengakibatkan pemuda wewengkon Citorek mulai melupakan tradisi lokal dan lebih
memilih modernisasi. Hal
ini sejalan dengan pendapat A. SURJADI, Bahwa ada 3 faktor dalam perubahan
masyarakat (1). pendidikan, (2), usaha pembangunan (3), media masa. (A. Surjadi
. 2006: 201)
Generasi saat ini banyak yang memilih
modernisasi dan melupakan lokalitas yang sudah menjadi ciri has daerah nya
masing-masing. Maka dari itu masyarakat Wewengkon Adat Citorek harus bisa
mempertahankan tradisi lokal dari pengaruh modernisasi, terutama kaum pelajar
yang memilki peran sebagai regenerasi dan pemegang teguh tradisi agar tradisi
tetap terjaga dan teruss lestari, selain itu kaum pelajar memiliki peranan yang
sangat penting dalam pembangunan masyarakat yang bermoral.
maka dengan begitu tradisi tidak akan punah, kemudian
cara yang lain yang dapat di lakukan oleh masyarakat Citorek dalam
mempertahankan tradisi tersebut melalui apresiasi terhadap masyarakat yang
masih ikut serta mempertahankan tradisi lokal, dan memperkenalkan tradisi lokal
sejak dini agar kesadaran dalam berbudaya lokal. Sedangakan Apa yang disebut
kesadaran budaya adalah perasaan untuk menegosiasikan aturan-aturan budaya itu,
yang bertujuan untuk memilih jalan kita ke dalam kebudayaan. pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat. Dalam hal ini Wewengkon Citorek yang memiliki
kebudayaan lokal yang kental, dengan kehidupan yang tradisonal. Tradisi-tradisi pun di jalankan degan begitu
nyaman dan penuh rasa persaudaraan. Namun seiring berkembng nya zaman
nilai-nilai tradisi lokal yang ada di wewengkon Citorek nyaris tak terlihat
lagi. Hal ini di akibat kan oleh hadir nya modernisasi di wewengkon citorek.
Namun, dalam hal ini pemerintah daerah
dan guru-guru yang berada di SMP Negeri 3 Cibeber , harus mempertimbangkannya,
untuk tetap memasukan sejarah lokal
dalam materi pelajaran, yang bertujuan agar budaya lokal tetap lesatri,
karna, akan berdampak positif terhadap sektor lain.
Memperkenalkan budaya lokal terhadap
siswa/i akan menggairahkan siswa/i untuk memilkii rasa keingin tahu karena,
pelakunya adalah lingkungan di sekitar temapat tinggalnya. Dengan demikian,
kebudayan lokal terutama tradisi adat kesepuahan Citorek akan berkembang.
Di samping itu, menurut survai, yang
penulislakukan terhadap siswa/i SMP Negeri 3 Cibeber . Bahwa lembaga pendidikan
SMP Negeri 3 Cibeber , membutuhkan pelatihan untuk menjadi guru seni
tradisional, seperti goong gede dan memberikan informasi terakit dengan tradisi
lokal kesepuahan Citorek agar budaya
lokal Citorek tidak berhenti samapi
disitu.
Lebih jauh, diharapkan melalui program
seperti itu akan tumbuh kesadaran dari para siswa/i untuk bekerja dalam
melestarikan budaya lokal. Mereka dapat bekerja dan melaksanakan serta
pemanfaatannya. Dengan demikian, maka hal tersebut akan berdampak sosial,
seperti terwujudnya kerukunan, kedamainan lahir dan batin. Lewat pelestarian
budaya lokal tersebut juga akan lahir individu-individu yang peka perasaannya, terampil, cerdas
pikirnya, dan halus budinya serta santun perilakunya.
Lembaga pendidikan dapat memberikan kontribusi terhadap
pelestarian dan pengembangan budaya lokal, terutama melalui kurikulum muatan
lokal. Salah satu alternatif program
yang ditawarkan adalah pengadaan
buku-buku tradisi-tradisi lokal yang berada di daerah masing-masing, yang
bertujuan untuk meningkatakan pemahaman siswa/i terhadap budaya lokal. Program
itu tampaknya sulit, tetapi sebenarnya mudah, karena memiliki dampak yang
sangat besar terhadap perkembangan berbagai sektor lain, terutama budaya lokal.
selain itu siswa/i SMP NEGERI 3 CIBEBER harus mampuh bersaing dengan arus
modernisasi yang terus merangsak masuk ke wewengkon Citork yang pada akhirnya
tradisi yang berada di wewengkon Citorek hanya jadi catetan masa lalu.
b. Arus modernisasi
Masyarakat
dan tradisi selalu mengalami perubahan dari masa ke masa, bahkan dari hari ke
hari. Setiap masyarakat selalu mengalami transformasi dalam fungsi waktu,
sehingga tidak ada satu masyarakatpun yang mempunyai potret yang sama, kalau
dicermati pada waktu yang berbeda, baik masyarakat dan juga dengan tradisi
selalu berkaitan satu sama lainnya. Itu karena sebuah tradisi muncul bukan hanya dari sebuah pikiran dan budi manusia,
tetapi juga di kernakan adanya intraksi antara manusia dengan alam sekitarnya.
Di era tantangan
globalisasi serta modernisasi yang kerap melanda kebudayaan manusia yang
sewaktu-waktu dapat menggerus tradisi ini dari tengah-tengah masyarakat.
Persoalannya, sejauhmana tradisi lokal ini mampu terus bertahan? tentunya ini
sangat tergantung pada masyarakat pendukungnya. Harapannya, tentu, melalui
identifikasi dan dokumentasi tradisi lokal ini, nilai-nilai positif akan selalu
ada, khususnya dalam rangka mempertahankan
pengaruh modernisasi terhadap
tradisi lokal di wewngkon adat Citorek. Analog dengan sosiogenesis individu, kepribadian bangsa juga
secara inhern memuat kesadaran sejarah itu. Implikasi hal tersebut di atas bagi
national building ialah tak lain bahwa mempertahankan sejarah memiliki
hubungan yang erat dalam proses pembentukan 2 karakter seperti, kesadaran
sejarah, dan nasionalisme. Hal ini tentunya menjadi sebuah keharusan bagi para
pendidik agar bisa mengantarkan anak-anak muda untuk bisa terus mempertahankan
tradisi lokal. terutama di wewengkon Citorek. Menurut: Sarip (40 tahun). Yang
dinamakan tradisi Citorek merupakan jati
diri Citorek yang sudah menjadi keharusan warga Citorek untuk ikut serta dalam
melaksankan dan menjaga tradisi di Wewengkon Citorek. Hal ini terbukti dengan
di perlakukannya sanksi pengucilan bagi mereka yang tidak ikut serta dalam
kegiatan adat.
Dalam hal ini tradisi
lokal yang dapat mengikat setiap individu untuk melakukan suatu tindakan
tertentu, memberi arahan dan intensitas emosional terhadap tingkah laku secara
terus menerus dan berkelanjutan. Itu artinya, dengan nilai setiap pelaku dapat
merepresentasikan tuntutan termasuk secara biologis dan keinginan-
keinginannya, selain tuntutan sosial tentunya. Namun demikian, dalam
kenyataannya nilai-nilai yang sedemikian itu, hanya merupakan sebagian dari
kehidupan masyarakat yang masih kokoh mempertahankan tradisi, berbeda dengan
masyarakat yang mengalami pergeseran nilai-nilai. Dalam realitasnya, pergeseran
nilai-nilai budaya tersebut, tidak jarang mengakibatkan nilai-nilai budaya
lokal terlupakan dan sekaligus kearifan lokal yang tumbuh dari budaya
masyarakatnya itu, terutama di perkotaan yang mengalami degradasi, sehingga
cenderung masyarakat pengguna kebudayaan itu sendiri tidak lagi mengenal
kearifan lokal. Dalam konteks itu, perlu dilakukan berbagai upaya yang salah-
satunya adalah dengan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai
budaya yang dapat mewujudkan kearifan. Serta memasukan mata pelajaran sejarah
lokal pada siswa/i untuk memberikan wawasan history
terutama bagi kalangan muda sebagai pemegang regenerasi baik yang bersifat
nasional atau pun lokal merupakan langkah awal dalam mempertahankan nilai-nilai
kesejarahan. Presiden pertama Indonesia pernah mengatakan “ Jas merah” jangan lupakan sejarah, maka
dengan cara mempertahankan sejarah, apalagi sejarah lokal adalah jalan alternatif yang mudah untuk
memperkenalkan akan nilai-nilai
kesejarahan yang pernah terjadi. Selain itu wawasan sejarah memiliki fungsi sosial kultur, yang
membangkitkan wawasan history. Maka dengan timbulnya wawasan history ini akan menimbulkan kesadaran
nasional bagi generasi muda. Hal ini membangkitkan inspirasi dan aspirasi
kepada generasi muda bagi pengabdian kepada negara dengan penuh dedikasi dan
kesediaan berkorban. Sejarah nasional perlu menimbulkan kebanggaan nasional (national
pride), harga diri, dan rasa swadaya. Dengan demikian sangat jelas bahwa mempertahankan
sejarah tidak semata-mata memberi pengetahuan, fakta, dan kronologi melainkan dengan pelaksanaan yang nyata. Di
sini, kesadaran sejarah amat esensial bagi pembentukan kepribadian.
Begitu juga dengan tradisi di Wewengkon Adat Citorek yang tidak mungkin
timbul tanpa adanya masyarakat dan peran serta lembaga pendidikan. Masyarakat itu yang
dimungkinkan oleh adanya interaksi antar manusia dengan manusia dan manusia
dengan alamt sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan struktur sosial yang
didalamnya terdapat kekerabatan. Wewengkon Adat Citorek merupakan sebuah
struktur sosial yang didalamnya terdapat aturan-aturan masyarakat yang
kompleks sehingga mampu menghasilkan tradisi yang memiliki kekhasan dan ciri
dari masyarakat desa Citorek tersebut.
Selama
ini ada kecenderungan
di dalam masyarakat yang menempatkan
modernisasi secara umum memegang kekuasaan di semua bidang dan sisi kehidupan.
Seperti halnya pada tradisi di Wewengkon Adat Citorek yang mempunyai
kelembagaan adat yang turun temurun. Bila dikaji dari segi pola kehidupan pada
saat ini kesepuhan Citorek lebih
di dominasi oleh pengaruh modernisasi, hal tersebut bisa dilihat dari cara
berpakaian yang kian hari kian modern yang mengakibtakan cenderung hilangnya
nila-nilai lokal yang di miliki warga Citorek dalam ruang lingkup siswa/i SMP
NEGERI 3 CIBEBER sebagai pewaris tahta tradisi lokal di wewengkon
kesepuhan Citorek.
Tradisi di desa
Citorek yang merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan solidaritas dan integrasi masyarakat
memang tidak dapat lepas bagi kehidupan masyarakat Citorek
itu sendiri. Keberadaan tradisi dan pelestarian
tradisi di
Wewengkon Adat Citorek merupakan suatu
wujud kebersamaan dan keharmonisan antar manusia dengan manusian dan manusia dengan
lingkungannya. Khusus bagi keberadaan pendidikan dalam pelestarian tradisi
tersebut bisa dilihat dari peranannya dalam pelaksanaan tradisi, keikutsertaan siswa/i,
keberadaannya dan juga peranannya.
Maka dari itu
peran dan kedudukan lembaga pendidikan dalam pelestaraian tradisi di wewengkon
Citorek amat sangat penting dalam pelaksanaannya, yang pada akhirnya akan
menumbuhkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pada Siswa/i SMP Negeri 3 Cibeber. Dalam
pelestarian tradisi wewengkon Citorek peran siswa/i SMP Negeri 3 Cibeber menyumbangkan
melalui peranannya sebagai kaum terpelajar pada saat melaksanakan tradisi baik
dari sejarahnya maupun dalam proses perkembangannya tetap ada.
Dengan demikian fungsi dan peran yang diemban lembaga pendidikan dalam
mayarakat Citorek mempunyai posisi yang penting pula, meski disadari bahwa ada
perbedaan-perbedaan kodrati makhluk perempuan dan laki-laki secara jenis
kelamin dan konstruksi tubuh, namun dalam konteks tradisi pada masyarakat desa
Citorek bahwa eksistensi dan peran perempuan yang diembannya memiliki kesetaraan,
baik dalam posisinya maupun tugasnya.
c.
Pelestarian
Tradisi di Wewengkon Adat Citorek
Seperti
yang penulis uraian di atas, bahwa masyarakat kampung Citorek merupakan
sekelompok masyarakat yang menjunjung
tinggi nilai-nilai tradisi budaya leluhur mereka. Setiap terjadi kegiatan yang
berlangsung di masyarakat selalu melihatnya kepada kerangka pengetahuan yang bersumber dari tradisi
nenek moyang yakini, nilai kehidupan,
dan norma adat yang menjadi tradisi dan budayanya.
Maka
dari itu setiap pandangan hidup leluhur mereka harus dijaga dan dilestarikan
secara turun temurun, begitu pula dalam
tradisi masyarakat kampung Citorek. Istilah melestarikan mencakup antara lain
pengertian memelihara, menjaga dan mempertahankan, serta membina den
mengembangkan. Dengan demikian pelestarian berarti proses serta upaya-upaya
aktif dan sadar bertujuan dari sekelompok masyarakat untuk memelihara, menjaga
dan mempertahankan, serta membina dan mengembangkan tradisi tersebut, dalam hal
ini pelestarian tradisi yang ada di wewengkon adat Citorek.
Oleh
karena itu, dalam usaha pelestarian tradisi di wewengkon adat Citorek maka masyarakat
lokal di kampung Citorek melibatkan diri mereka sendiri sebagai pelaku penting
dalam pelestarian tradisi tersebut khususnya tradisi seren tahun, mapag pare
beukah ngarengkong, ngemang dan yang lainnya. Dalam hal pelestarikan tradisi
tersebut yang selalu dilaksanakan pada saat-saat tertentu.
Adapun
beberapa faktor yang mendukung upaya pelestarian tersebut diantaranya :
I.
Pemerintah
Salah
satu faktor pendukung yang sangat mempengaruhi pelestarian tradisi di wewengkon
adat Citorek adalah peran dari pemerintah pusat maupun daerah. pemerintah
melibatkan dan menggandeng masyarakat setempat dalam upaya pelestarian tradisi
di wewengkon adat Citorek. Pemerintah memberikan kesempatan yang sama kepada
masyarakat dan para kasepuhan adat setempat untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan dan pengembangan wisata di daerah Citorek
“kudu
bisa kerjasama jeung kudu aya pangarti ti pamarentah, supaya tradisi di urang
iyeu terutama keur pengembangan jeung tina sarana, tuh contona doang masyarakat
baduy. Pan ayeuna baduy jadi kasohor ku tradisi jeung budayana kusabab aya
campur tangan pamarentah. Mantakna pamarentah oge kudu bisa ngajaga jeung
ngadukung tradisi anu aya di Citorek iyeu.”
“harus bisa
kerjasama dan pengertian dari pemerintah, agar tradisi kita ini terutama untuk
pengembangan dan sarana, contohnya seperti masyarakat baduy. Sekarang Baduy
sudah terkenal karena tradisi dan budayanya sebab ada campur tangan dari
pemerintah. Oleh karena itu pemerintah juga harus bisa menjaga dan mendukung
tradisi yang ada di Citorek ini”
Wawancara, Wira, 40 (25/09/2015)
II. lembaga pendidikan
Hampir seluruh wilayah
di Indonesia memiliki sumber bersejarah, baik yang berkaitan dengan sejarah
nasional maupun lokal. Selain memiliki 8
ikatan
historis yang kuat, sumber-sumber tersebut menyimpan beragam informasi yang
dapat digali. Oleh sebab itu, di bidang pendidikan, keberagaman ini mestinya
dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran, khususnya mata
pelajaran IPS di SMP.
Wewengkon Adat Citorek merupakan salasatu daerah yang memiliki
ragam kegaiatan adat istiadat yang kental. Citorek berpotensi untuk di masukan
ke dalam sumber belajar, agar tradisi
lokal yang ada tidak berhenti samapai disitu, Sehingga di citorek memungkinkan
diterapkan pembelajaran sejarah lokal sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah. Pendekatan seperti inquiry approach
dengan sasaran-sasaran kegiatan berupa “sejarah lokal” dalam perspektif
sejarah nasional dianggap lebih bisa membawa anak-anak didik kita untuk
menghayati sejarah secara lebih maksimal.
III. Masyarakat
Manusia memiliki
hubungan erat dengan tradisi, begitu juga untuk melestarikan tradisi di Citorek
maka manusia sangat berperan penting. Sebab, manusia yang menciptakan tradisi
tersebut, dan manusia juga yang harus menjaga, mempertahankan dan melestarikan tradisi
tersebut.
“partisipasi
masyarakat urang keur ngajaga dan ngalestarikeun tradisi adat Citorek kudu
menunjang. Kumaha batur arek resep ka tradisi urang, lamun urang geus teu
peduli ka tradisi urang sorangan. Makana masyarakat urang anu jadi patokan
kaharuepna tina ngalestarikeun iyeu tradisi Citorek”
“partisipasi
masyarakat kita dalam menjaga dan melestarikan tradisi adat Citorek sangat
menunjang. Bagaimana orang akan suka pada tradisi kita, jika kita sendiri tidak
peduli pada tradisi sendiri. Oleh karena itu masyarakat kita yang menjadi
patokan kedepannya dalam melestarikan tradisi Citorek” Wawancara, Wira, 40 (04/04/2015)
Maka
dari itu pewaris tradisi lokal kesepuahan Citorek, dalaam ruang lingkup siswa/i
SMP NEGERI 3 CIBEBER yang di katakan sebagai kaum terpelajar di haruskan terjun
langsung ke dalam sebuah masyarakat untuk bersosialisasi dan menjalankan
peranannya karena masyarakat adat kasepuhan Citorek ini secara sosial mempunyai
hubungan kekeluargaan jiwa kegotong royongan yang masih kuat sehingga memiliki
rasa terhadap segala yang ada di daerahnya termasuk tradisinya. Menyadari
perannya yang besar tersebut, maka siswa/i juga ikut berperan dalam setiap
kegiatan masyarakat dan kegiatan pelaksanaan tradisi yang ada di Citorek.
. Sehingga dengan
mengikuti setiap pelaksanaan tradisi oleh kaum terpelajar, maka bisa dikatakan
menjaga dan ikut meneladani tradisi yang ada di Citorek.. Maka upaya yang
dilakukan sebagai bagian dari pelestarian kepada generasinya yaitu dengan
mengajak langsung anak-anaknya atau mengajak kaum muda untuk ikut serta
mengenalkan dan mengikuti tradisi tersebut. Melalui pemberian contoh tersebut
maka secara langsung anak atau generasi berikutnya akan meniru dan mampu
meneruskan tradisi Citorek. Selain itu juga upaya dilakukan
untuk melestarikan tradisi di Citorek yaitu :
1.
Mengikuti upacara-upacara tradisi
2.
Mendirikan kelompok, sanggar yang memperhatikann dan
menjaga keberadaan tradisi di Citorek
3.
Menjaga tradisi
di Citorek
Dari uraian di atas dapat diketahui
bahwa, upaya pelestarian tradisi oleh lembaga pendidikan di Kasepuhan Citorek sangat
penting dan dapat dilakukan secara langsung melalui pembelajaran di kelas dan
memberikan contoh dalam pelaksanaannya. Sehingga melalui upaya pelestarian
tersebut diharapkan peran dan kedudukan para siswa/i mampuh menjaga dalam
sebuah tradisi masyarakat Citorek tersebut. Salah
satu alasan pentingnya penelitian mengenai tradisi ini adalah menurut penulis
karena melalui penelitian ini akan didapat sebuah informasi sebagai wawasan
bagi penulis dan juga memberikan informasi kepada pembaca atau pihak lain
terutama para pendidik agar bisa bertanggung jawab mengarahkan anak didiknya
untuk bisa berperan aktif dalam menjaga dan memelihara tradisi di wewengkon Citorek
ini. Sehingga melalui penelitian ini akan menjadi bagian dari cara pelestarian
terhadap tradisi tersebut.
Sebagai
suatu tradisi yang berada di Wewengkon Citorek, maka tradisi ini juga memiliki keunikan yang dibawanya yaitu :
1.
Tradisi ini
diadakan sudah turun temurun hingga sekarang
2.
Dalam
pelaksanaannya tradisi ini dihadiri hampir seluruh warga Citorek dan juga oleh
kasepuhan Citorek
3.
Keunikan tradisi
ini memiliki nilai-nilai yang lekat dengan kehidupan masyarakat Citorek, diantara
nilai-nilai yang didapat dari tradisi yaitu
:
a.
Nilai Religius
tradisi adalah bagian dari kebudayaan dan kehidupan dari
masyarakat Citorek, sehingga dalam
pelaksanannya saling berkaitan dengan unsur religu yaitu ketika akan memulai
selalu di iringi doa yang bertujuan sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT.
b.
Nilai Etika
Pada
tradisi yang dilaksanakan sesuai
dengan aturan dan norma yang berlaku pada masyarakat Citorek
dan di pertahankan dengan cara
melakukan tradisi itu secara gotong-royong untuk mempertahankannya
c.
Nilai Sosial
Dalam
tradisi nilai
sosial melekat dengan cara kehidupan masyrakat Citorek itu sendiri.
d.
Nilai Pendidikan
Tradisi sebagai salah satu tradisi yang harus di
lestarikan melalui pengetahuan dan memberikan contoh kepada generasi muda
masyarakat Citorek. Sehingga melalui pengetahuan tersebut akan menjadikan
tradisi sebagai suatu hasil dari kehidupan masyarakat Citorek baik
melalui pelaksanaannya, manfaat, sehingga kelestarian tradisi tersebut bisa
tetap terjaga dan menjadi ciri khas masyarakat desa Citorek
e.
Nilai Kesenian
Nilai seni yang didapat dari tradisi, karena tradisi
tersebut merupakan sarana
yang digunakan oleh masyarakat Citorek untuk mengekspresikan rasa
keindahan dari dalam jiwa manusia yaitu melalui perayaan yang diiringi tabuhan
alat musik tradisional.
Namun
dibalik itu semua memang tradisi harus tetap dipertahankan karena seiring
dengan perkembangan budaya yang semakin pesat di jaman sekarang ini akan
memungkinkan tradisi menyusut. Karena hal ini menyangkut sejarah
lokal, maka sangat boleh jadi yang dimaknai sebagai sesuatu yang statis, karena
merupakan warisan turun temurun dari generasi yang pertama.
Ada banyak studi
yang memfokuskan pada persoalan kearifan tradisional dalam kaitannya
dengan konteks perubahan sosial. Dengan kata lain, akan
selalu terjadi perubahan dengan adanya pergeseran, pengurangan dan penambahan
tradisi sesuai dengan kondisi pola pikir pendukungnya. Dalam hal ini kita
dituntut untuk bisa mempertahakan sejarah lokal.
Sebab, sejarah lokal merupakan identitas suatu daerah yang disajikan secara kontekstual.. Oleh sebab
itu, perlu dirumuskan langkah-langkah strategis untuk merealisasikan gagasan
ini. Adanya kerjasama antara pemerintah daerah dan lembaga pendidikan serta
masyarakat. Agar tradisi yang berada di
wewengkon Citorek terus lestari.. Selain itu, dalam sejarah lokal, akan menumbuhkan rasa kepudulian
terhadap pembangunan daerah nya masing-masing.
Pada akhirnya, tradisi lokal wewengkon adat
Citorek bisa terus berkembang dan dapat menumbuhkan kebanggaan sebagai
putra-putri wewengkon Citorek.